Daftar Blog Saya

Minggu, 03 Februari 2013


Konsep Pendidikan di Finlandia

konsep pendidikan di Finlandia “Test less, Learn more”
kunci kesuksesan pendidikan di Finlandia adalah keseriusan pemerintah pada sektor pendidikan lebih besar dibandingkan sektor lainnya.
di Finlandia guru tidak hanya sebatas pengajar tapi mereka pakar kurikulum, kurikulum di Finlandia sangat berbeda di setiap sekolah namun tetap berjalan dibawah panduan resmi pemerintah. guru-guru di Finlandia adalah lulusan terbaik di berbagai universitas dengan ijazah minimal magister/S2.
jika di negara-negaja maju memberlakukan “standardized test” untuk mengukur kemajuan siswa di sekolah, Finlandia tidak melakukan hal yang sama. bagi mereka kemampuan murid tidaklah sama, jadi melakukan tes baku untuk semua murid sama sekali tidak menghasilkan mutu pendidikan yang baik. tidak heran prinsip pendidikan di Finlandia adalah “kurangi tes, perbanyak belajar”
“No competition”, pendidikan di Finlandia tidak mengajarkan siswa untuk menjadi siapa yang terpandai namun lebih menekankan bagaimana membentuk “community” yaitu mengabungkan guru sebagai pendidik, siswa sebagai anak didik, dan masyarakat sebagai bagian dari pendidikan, sehingga kolaborasi ini yang membuat pendidikan lebih unggul karena semua merasa bertanggung jawab akan proses pendidikan.
hal menarik lainnya, mayoritas sekolah di Finlandia tidak “menjual” nama. intinya mutu seluruh sekolah di Finlandia adalah sama, jadi tidak ada istilah membedakan. orang tua dapat dengan mudah memilih sekolah mana saja untuk anaknya tanpa harus ragu akan kualitas sekolah tersebut. yang membedakan adalah hanya pada 2 hal : setiap sekolah memiliki pelajaran bahasa asing yang berbeda dan olahraga khusus. sehingga para orang tua dapat memilih bahasa asing dan olahraga terbaik bagi anak mereka.
pendidikan di Finlandia tidak membebankan siswa melakukan banyak tugas, jika dibandingkan dengan Amerika yang membebankan siswa melakukan “homework” selama 2-3 jam/hari maka Finlandia hanya memberlakukan maksimum 30 menit/hari. guru di Finlandia lebih mengedepankan proses pembelajaran dimana siswa dapat menyerap apa yang dipelajari di kelas ketimbang apa yang mereka dapat lakukan diluar kelas. bahkan didalam 1 kelas terdapat 2 guru untuk memberikan hak belajar yang sama pada setiap siswa. “homework doesn’t make you smart”
pendidikan yang baik tidak terletak pada hasil yang baik, terkadang “standardized test” hanya sebagai patokan namun bukan landasan. bayangkan berapa milyar yang harus dikeluarkan setiap tahun untuk membuat soal ujian, namun berapa milyar individu yang bermutu? apakah setiap siswa memiliki kemampuan yang sama untuk melakukan tes yang sama?
ketika melakukan “medical check up” tidak perlu menyedot seluruh darah yang ada dibadan untuk mengetahui penyakit apa yang diidap. cukup beberapa tetesan saja. dalam lingkup pendidikan, tidak perlu mengetes seluruh siswa tapi cukup dengan “randomized sample” untuk mewakili, namun dengan prosedur dan sistem yang valid.
Seorang guru bernama Kari Louhivuori di Kirkkojarvi Comprehensive School di Espoo daerah pinggiran sebelah barat Helsinki, Ibukota Finlandia, mendapat tugas pelik menangani seorang muridnya. Anak berusia 13 tahun ini, Besart Kabashi, yang merupakan anak pengungsi dari Kosovo Albania, tertinggal di kelasnya. 

Padahal sekolah-sekolah di Finlandia terkenal dengan penanganan kelas yang sangat baik. Guru-gurunya dedikatif dan berhasil membuat iklim belajar yang membuat anak-anak sekolah di Finlandia menjadi  siswa-siswa dengan kemampuan baca tulis dan berhitung yang terbaik di dunia. 
Akhirnya anak ini harus dididik secara privat oleh Pak Kari tadi. Ketika dia malas belajar matematika geografi atai IPA, dia duduk di dekat meja Pak Kari di kelas yang diisi oleh anak-anak beruia 9-10 tahun. Anak itu hanya diberi kesempatan untuk membaca buku-buku yang bertumpuk  di kelas. Satu demi satu buku-buku itu dibacanya dan makin lama makin banyak buku yang dia baca. 
Dan pada akhir tahun anak Kosovo yang tadinya tidak bisa belajar itu mampu menguasai bahasa Finlandia dan yang paling penting, dia sekarang bisa BELAJAR, satu hal yang tadinya merupakan masalah utamanya di sekolah. Padahal sebagai anak pengungsi mempelajari bahasa Finlandia saja sudah pusing loh. Coba saja baca tulisan ini : en ymmärrä! atauPuhutko englantia?. Yang pertama artinya : saya tidak mengerti! dan yang kedua artinyaapakah kamu bisa bahasa inggris? Bahasanya saja sulit karena banyak huruf-huruf matinya kayak bahasa Cyrillic di Rusia.

Dan hebatnya lagi anak yang tadinya tidak bisa belajar itu beberapa tahun  kemudian pada umur 20  tahun datang ke sekolahnya pada acara pertemuan sebagai seorang pengusaha. Ya dia baru saja membuka perusahaannya sendiri yang bergerak di bidang Perbaikan Mobil dan Bidang Kebersihan! 
Apa yang dikatakan pak Kari ketika ditanya tentang hal itu? Dia berkata : "INILAH YANG KAMI LAKUKAN SETIAP HARI, MEMPERSIAPKAN ANAK UNTUK BISA HIDUP". 
Beda ya dengan kebanyakan di sekolah kita? Sekarang anak yang tinggal kelas akan dicap sebagai anak bodoh bin tolol. Cap negatif akan menempel di anak itu sampai dewasa. Padahal saya punya teman SD dulu. Dia pernah tinggal kelas malah kalau nggak salah 2 kali. Tapi sekarang dia punya warung soto yang kondang di kota kelahiran saya. 
Mudah-mudahan postingan ini membuka hati kita bahwa anak dididik bukan hanya untuk mendapat nilai 100 atau lulus KKM. Tapi dia harus dididik untuk bisa melangkah dan menapaki masa depannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar